“Airin, bangun yuk...”
Wira menunduk seraya mengusap dahi Airin yang tengah terlelap di pahanya karena tadi sesampainya di apartemen, gadis itu langsung mengambil posisi senyaman mungkin setelah Wira baru saja duduk di sofa. Wira sebenarnya enggan membangunkan wanita itu tetapi masalahnya mereka berdua pun belum berganti baju, terlebih akan sulit jika ia akan menggendong Airin ke kamar dengan posisi seperti ini.
“Bangun yuk, kita pindah?”
“Eungh!” Airin bergerak dan mencari posisi yang lebih nyaman setelah merasa tidurnya terusik, namun dia perlahan membuka matanya setengah, “ngapain?”
“Hm?” Wira mendekat, dia mengusap kepala Airin lembut, “pindah ke kamar.”
“Nggak, di sini aja,” jawab Airin meracau.
“Ya sudah, kita tidur di sini ya.”
Wira tersenyum saja melihat Airin yang tampaknya sudah mengantuk dan tidak memungkinkan juga jika ia harus membangunkan gadis itu terus menerus, Wira tidak mau mengganggu tidur perempuannya, dia senang bisa mengamati gadis itu terlelap di bawahnya sehingga dia dapat dengan bebas memandangi cantiknya sang pujaan hati yang tengah terpejam itu.
“Pakai ini saja ya, saya gak mau kamu dicium nyamuk.”
Wira pun meraih jaketnya yang masih tergantung di sofa dan menyelimuti Airin dengan jaketnya, dia tidak mungkin mengambil selimut ke dalam kamar jika dalam posisi seperti ini.
Lelaki itu membelai rambut Airin seraya bersandar pada sofa, Wira masih terjaga karena sesekali setiap ia hendak memejamkan matanya, suara nyamuk yang mendekati Airin membuatnya kembali membuka mata dan mengibaskan tangannya untuk mengusir nyamuk-nyamuk itu.
Wira memiringkan kepalanya sedikit untuk bisa memandang istrinya lebih dekat kemudian menjamah hidung mancung Airin seraya terkekeh pelan. “Selamat tidur, Sayang.”