Alcohol.

Malam itu Arasha terbangun dari tidurnya karena ia merasakan suhu dingin merasukki tubuhnya, dia mengerjapkan matanya sejenak dan melihat William tidak ada di sampingnya. Arasha pun bangkit dari ranjangnya dan mendapati pintu balkon yang terbuka sehingga angin masuk dari luar sana. Arasha melangkah ke luar balkon kamar hotelnya, ia sudah menduga William sedang ada di sana.

Did you have a bad dream?” William menaikkan alisnya sebelah seraya mengisap rokoknya yang berada dalam capitan jarinya. Tidak hanya itu, Arasha juga melihat botol alkohol di atas meja.

Arasha masih diam mengamati lelaki itu, dia yakin pasti ada sesuatu dengan William karena sudah kedua kali dia melihat William seperti ini.

I guess something wrong with you, Sir.

There's nothing wrong with me,” jawab William. Dia mematikan rokoknya dan membuangnya ke tempat sampah lalu dia meneguk kembali minuman miliknya itu.

“Jangan membohongiku,” kata Arasha.

William kembali mengambil satu batang rokok lagi kemudian ia membakar ujung batang rokok itu dan mengisapnya. Dia mengabaikan Arasha yang menatapnya tajam.

“Aku mau.”

William menoleh pada gadis itu sambil mengembuskan asap rokoknya ke udara. Arasha mengambil botol alkohol milik pria itu dan meneguknya langsung. William berjengit kaget, dia langsung bangkit dan merebut paksa botol minumannya itu. “Kau apa-apaan?!”

Arasha merasakan tenggorokannya yang langsung terasa panas dan lidahnya yang rasanya terbakar setelah minum alkohol itu, dia memang tidak terbiasa meminum alkohol apalagi sepertinya William meminum alkohol berkadar tinggi.

“Masuk.” Arasha merasakan jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya, belum lagi kepalanya yang terasa pening seketika. William memegang wajah Arasha dengan sebelah tangannya. “Masuk ke dalam!”

Arasha menatap William seraya menggelengkan kepalanya. Beberapa saat mereka bertatapan, tiba-tiba tubuh gadis itu melemas dan sontak menarik kaus yang dipakai William. “Hey, kau kenapa?”

William kontan saja langsung melemparkan puntung rokoknya yang sudah mati itu ke bawah, dia menatap mata Arasha yang sayu saat mereka bertatapan. “Sir...”

“Hm?”

Entah setan dari mana yang merasuki Arasha sekarang pasalnya gadis itu tiba-tiba saja melingkarkan kedua tangannya di leher William seraya mencium bibir lelaki itu. Ya, Arasha benar-benar mencium William.

Ahh kau kenap—”

William tidak diberikan kesempatan berbicara karena gadis itu terus menciumnya, membuat perlahan naluri lelaki William membuatnya menggendong gadis itu masuk ke dalam kamar. William menendang pintu balkon hingga tertutup. Arasha memejamkan matanya saat William sudah membalas ciumannya. Lelaki itu membawanya duduk di atas pangkuannya