“Aletta...”
Alzane baru saja memasukki kamar setelah ia tidak mendapatkan sahutan Aletta saat dia pulang kerja barusan, lelaki itu kemudian langsung menyusul istrinya ke kamar dan mendapati Aletta sedang tertidur lelap di sofa.
Alzane tersenyum tipis, ia beralih melepaskan kemeja flanel yang dikenakannya tadi juga melepaskan gesper celana jeans hitamnya. Lelaki itu beranjak menghampiri Aletta yang memegang ponsel di atas dada.
“Kamu ngapain sih sampe ketiduran gini?”
Alzane terkekeh pelan, dia duduk di ruang sempit sofa itu seraya memandangi istrinya yang terlelap nyenyak. Ia juga merapikan rambut Aletta yang berantakan sebelum menepuk pipi wanitanya itu lembut. “Aletta, bangun yuk.”
“Eungh,” Aletta menepis tangan Alzane dan mengubah posisi tidurnya memunggungi lelaki itu, tampaknya dia sudah sangat nyenyak.
“Hei, pindah yuk tidurnya?” Alzane menepuk pipi Aletta pelan, namun tidak ada respon, akhirnya lelaki itu berbisik. “Yaudah, aku gendong ya kita pindah.”
Tanpa terbebani Alzane mengangkat tubuh Aletta ala bridal-style, sontak Aletta langsung terusik dan membuka matanya, menatap suaminya yang tersenyum samar padanya. Wanita itu masih memeluk leher Alzane dan pandangannya masih kabur.
“Kamu udah pulang?”
“Udah.”
Aletta menyandarkan kepalanya sejenak di dada bidang suaminya sebelum Alzane membaringkannya di atas ranjang. Bukannya melepaskan lingkaran tangannya di leher Alzane, gadis itu malah semakin mempererat sehingga suaminya itu terpaksa mencondongkan badannya ke arah wanita itu.
“Apa?” tanya Alzane dingin.
Aletta tidak menghiraukan tatapan dingin lelaki itu, dia malah memejamkan matanya seraya tersenyum tipis.
“Aku masih banyak kerjaan.” Alzane mengusap kepala Aletta, lelaki itu kini bergabung di ranjang—tepat di samping sang istri yang masih memeluknya. Dia hendak melepaskan pelukan Aletta, “aku mau mandi dulu.”
Aletta mendengus, dia menatap Alzane dengan tatapan tajam dan cemberut. Melihat istrinya yang jengkel membuat Alzane semakin ingin menggoda wanita itu.
“Yaudah, aku mandi dulu,” ucap Alzane cuek.
Aletta memutar bola matanya malas, ia lalu memunggungi Alzane setelah meraih ponsel di atas nakas—tidak sama sekali menanyakan bagaimana kegiatan lelaki itu di kantor atau paling tidak menanyakan apa yang diinginkan Alzane sepulang kerja seperti biasa.
Alzane terkikik pelan seraya membuka kacamatanya dan membuka kaos oblong putihnya—berjalan ke arah lemari untuk meraih handuk yang tergantung lalu ia melangkah ke kamar mandi.
Tidak tahu saja kalau istrinya itu tampak bersumpah serapah mengenai dirinya sekarang.
⚘
Aletta masih berkutat pada ponselnya bahkan saat Alzane sudah keluar dari kamar mandi, lelaki itu menaikkan alisnya sebelah seraya menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil. Dia sebenarnya bingung juga apa yang terjadi pada istrinya ini karena setelah hampir seminggu menikah, biasanya Aletta selalu menyiapkan segalanya untuk Alzane termasuk pakaian maupun makanan sepulang kerja.
Alzane tampak sudah berdiri memandangi Aletta tanpa mengenakan atasan, dia mendengus kasar melihat istrinya yang tiba-tiba cuek padanya itu. “Aletta.”
“Hm?” Aletta menoleh sekilas pada Alzane kemudian segera membuang mukanya mengetahui tubuh bagian atas suaminya toples. “Pake baju dulu sana.”
“Ya cariin lah.”
“Ck,” Aletta berdecak pelan, wanita itu pun mencepol rambutnya asal sebelum perlahan bangkit dari ranjang. Berjalan tanpa menghiraukan pandangan sinis Alzane, dia meraih baju dari lemari seraya sesekali mencuri pandang ke layar ponsel.
Alzane yang melihatnya jadi gemas sendiri, dia menghampiri Aletta lalu merebut ponsel gadis itu sontak istrinya menatapnya tajam dan mencoba merebut kembali benda itu.
“Alzane balikin!”
“Engga mau.”
“Yaudah terserah,” Aletta melemparkan baju yang diambilnya barusan ke dada Alzane, matanya tampak berkaca-kaca.
“Apa ini? Kok dilempar?” Alzane menaikkan nada suaranya, membuat Aletta sedikit terkejut.
Aletta mengedikan bahunya acuh seraya menahan air matanya yang sudah di ujung. Dia hendak keluar dari kamar namun Alzane segera menghalanginya. “Apa? Kenapa kamu? Maksudnya apa ngelempar kayak gitu ke suami?”
Alzane menatap Aletta serius, membuat gadis itu menunduk seketika. Jujur saja Alzane tidak bisa menahan tawa tetapi dia hanya ingin membalas apa yang Aletta lakukan padanya ini, sekaligus gemas juga.
“Minta maaf.” titah Alzane.
Aletta berbicara pelan, “maaf.”
Alzane menahan senyum, “minta maaf yang bener, cium tangan suami, suaminya diliat jangan liat ubin mulu.”
Aletta mendongak, menatap Alzane dengan tatapan memelas. Dia mengambil punggung tangan lelaki itu lalu menciumnya lembut, jelas membuat senyuman Alzane tertahan seketika.
“Udah,” jawab Aletta polos.
“Cium akunya coba.”
Aletta mengerutkan keningnya, menatap Alzane bingung. Aletta segera berjinjit saat lelaki itu merendahkan tubuhnya agar bisa digapai oleh sang istri lalu kecupan lembut melandas di pipi Alzane. Kemudian cowok berambut setengah basah dan masih bertelanjang dada itu memandang lurus pada Aletta. Setelah kedua pipinya dicium oleh wanitanya, kini dia menunjuk bibirnya. “Satu lagi.”
Aletta yang mulai merasa tersadar segera menjauh sedikit dan memicingkan matanya sinis seraya menunjuk Alzane. “Kamu jailin aku ya?”
Alzane menyeringai kemudian terkekeh pelan sebelum meraih pinggan Aletta dan mencium bibir sang wanita tanpa aba-aba. Di tengah pagutannya, Alzane berbisik pelan. “Jangan nakal makanya.”