Captain’s Story
Siang ini langit di bandara Soekarno-Hatta sangatlah cerah dan terik, pasalnya waktu juga sudah menunjukkan sekitar pukul 11 siang. Hari ini Wira akan terbang ke London pada pukul 12.05 waktu lokal. Ini adalah penerbangan langsung dengan rute penerbangan pulang pergi (VV). Ini bukan kali pertama bagi Wira untuk melakukan penerbangan jarak jauh yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan untungnya dalam penerbangan jarak jauh ini dia didampingi oleh tiga orang. Dua di antaranya adalah co-pilot dan cadangan sedangkan satunya ialah pilot cadangan. Memang penting adanya pilot dan co-pilot cadangan dalam penerbangan jarak jauh seperti ini. Wira sudah didampingi oleh co-pilot Arjuna yang duduk di flight deck dengan Captain Kevin yang duduk di bangku cadangan. “Capt, saya mau periksa bagian luar dulu,” ujar co-pilot Arjuna baik pada Wira maupun Kevin. Arjuna pun keluar dari cockpit untuk memeriksa bagian-bagian lain di sudut pesawat sekaligus memastikan bagaimana kondisi pesawat saat ini. Sementara itu, Wira memastikan semua pemeriksaan terhadap pesawat mulai dari mesin hingga komputerisasi berjalan dengan normal sebelum melakukan penerbangan. Dia juga sudah memeriksa bagian luar pesawat yang diperiksa lagi oleh co-pilot Arjuna dan juga Henderi. Wira didampingi oleh Captain Kevin sekarang ini. “Capt, kita terbang di 40.000 kaki untuk menghindari guncangan hebat karena cuaca kurang mendukung.” Wira mengangguk mendengar arahan dari Captain Kevin, “memang diperkirakan ada banyak guncangan sehingga kita perlu benar-benar memerhatikan arahan.” Setelah semuanya dirasa dalam kondisi yang baik dan normal, mulailah suasana dibuat santai karena penerbangan jarak jauh seperti ini tentunya diperlukan suasana yang nyaman dan tenang dibangun dalam interaksi santai antarpilot. Hal itu pun dilakukan oleh Captain Kevin yang merupakan salah satu pilot yang menjadi teman dekat Wira. “Wir, kamu betul mau menikah ya?” Wira hanya tersenyum tipis seraya mengamati suasana di luar sana. “Doakan saja.” “Saya dikasih tau Mayang, oh ya, dia terbang juga bareng kita hari ini,” kata Captain Kevin. “Ya, saya tau, tadi sempat tegur sapa kok.” “Pantes saja ya Mayang ditolak kamu, rupanya kau sudah punya calon.” “Kemarin-kemarin dia menjemput saya ke bandara, dia sebenarnya ingin saya kenalkan padamu, Capt, tapi mungkin lain kali saya kenalkan ya.” “Saya diundang dong, Wir?” Wira tertawa kecil. “Tentu, doakan saja ya.” “Kau tau Mayang sudah lama mau padamu, Wir?” “Saya tau.” “Lalu, apa kau sudah lama dengan gadis yang ingin kamu nikahi itu?” “Saya bahkan baru mengenalnya sekitar dua minggu terakhir, saya dikenalkan dengannya oleh ibu.” Captain Kevin tampak terkejut, lalu mengangguk pelan. “Sudah kuduga, kamu akan memilih pilihan orang tuamu meskipun sudah beberapa kali gagal sebelumnya. Dia tipemu, Wir?” “Saya tidak punya tipe untuk itu, Capt, tapi entah hanya dia yang saya inginkan.” Wira memandang Captain Kevin dengan senyuman tipis. “Dia sudah menerima pinangan saya dan saya tidak sabar untuk menikahinya. Dia cantik, unik, dan mungkin saya menjadi orang beruntung yang bisa memilikinya. Jadi, mohon doakan saya, Capt, saya ingin semuanya berjalan lancar sampai dia benar-benar menjadi milik saya seutuhnya…” meskipun permintaannya cukup berat hati saya terima. Captain Kevin tersenyum dengan deretan gigi rapi yang ditunjukkannya, ia menepuk bahu Wira dua kali. “Dia pun beruntung mendapatkan lelaki sepertimu, Wir.” “Terima kasih, Vin.” Wira tersenyum miris. Apa benar kamu merasa beruntung, Airin?