First Meet.

Sebenarnya pandangan Airin sudah agak buram, matanya juga pening, itu semua terjadi karena ia sudah cukup banyak minum alkohol. Apalagi Leo yang membawanya kesini malah meninggalkannya bersama perempuan lain. Airin sudah biasa begini, dia juga tidak takut selagi dia masih sadar, lagipula Leo akan selalu muncul di saat dia butuh nanti.

Airin bersandar di koridor yang sepi dekat toilet. Dia memegangi kepalanya yang terasa berat.

Saat Airin masih dalam posisi menunduk, dia melihat ada seseorang yang datang dan kini berada di hadapannya, gadis itu mendongak dan melihat seorang pria jangkung yang berbaju hitam tampak sedang menatapnya.

“Airin?”

Lelaki itu mengerutkan keningnya saat melihat Airin menatapnya dengan senyum miring. “Mas Wira...”

“Kamu minum ya?”

Airin hanya menaikkan alisnya, dia mengamati lelaki itu sangat intens. Gadis itu melangkah lebih dekat pada lelaki yang dia baru temui untuk pertama kalinya. Ya, itu Wira. Airin melingkarkan tangannya pada leher Wira, sontak saja lelaki itu terkejut. “Lo ganteng juga ya?”

Wira menatap gadis itu sinis, “Airin, kamu harus pulang.”

“Engga mau.”

“Kamu bilang kamu datang dengan temanmu, mana dia?”

“Pergi sama cewek lain.”

“Astaga,” Wira menghela napasnya, “kamu sendirian sekarang?”

“Tenang aja, udah biasa kok, dia nanti juga balik,” Airin menatap Wira. “Lagipula sekarang ada lo.”

“Airin, kita baru kenal. Jangan begini.” Wira melepaskan kedua tangan gadis itu dari lehernya, dia juga menjauhkan dirinya, tidak ingin disangka mencuri kesempatan saat gadis itu sedang mabuk. Wira melirik lagi pada Airin. “Saya antar kamu ya?”

Airin cemberut, “gue mau sama lo di sini.”

“Temanmu mana? Saya suruh dia antar kamu pulang aja.”

“Engga mau.”

“Ya sudah, saya yang antar kamu pulang. Ini sudah malam.”

“Kenalan dulu ...”

“Nanti saja, ayo.” Wira memegang pergelangan tangan Airin kuat, dia tidak menarik gadis itu, melainkan mengajaknya jalan berdampingan sesekali dia akan menarik gadis itu mendekat dengannya jika ada lelaki yang mengamati Airin atau berjalan di dekat gadis itu.

“Lo udah bilang ke Jay?”

“Nanti saja.”

“Mas...” Airin memegang lengan lelaki itu, membuatnya menoleh. “Lo ganteng banget, gue mau nikah sama Mas.”

Wira menyipitkan matanya lalu memutar bola matanya malas setelah membukakan pintu mobilnya untuk Airin, “masuk.”

Airin pun masuk setelah tersenyum menggoda pada Wira. Wira langsung menutup pintu mobilnya lalu dia tersenyum tipis seraya menggeleng samar. “Ada-ada saja.”