Kalau saja Adimas tidak menitipkan Kenanga pada kakaknya—Sonia, dia pasti tidak akan lagi mendapat kesempatan bisa berduaan dengan Pramudina. Selepas acara resepsi pernikahan sepupu Adimas sore tadi, Kenanga yang asyik bermain dengan Lily—sepupunya, Adimas menyarankan gadis kecilnya itu untuk menginap di rumah Lily.

Tidak disangka anaknya itu sangat antusias menyambut hari esok yang masih libur sekolah agar bisa bermain dengan saudaranya. Tentu Adimas dengan senang hati mengizinkan anaknya menginap dengan iming-iming hari Minggu nanti ia akan dijemput sekaligus diajak jalan-jalan oleh orang tuanya.

Setelah Kenanga setuju, Adimas segera menitipkan anaknya pada sang Kakak Perempuannya, Sonia. Tentu Sonia dengan senang hati juga menerima Kenanga di rumahnya, apalagi dia juga kerapkali menitipkan Lily pada Adimas dan Pramudina. Meski dia sudah tau adiknya itu ingin bisa leluasa bersama sang istri di malam minggu ini.

Jadilah, Adimas berakhir berduaan bersama Pramudina. Mereka berdua baru saja sampai di rumahnya beberapa menit yang lalu. Adimas terlihat dengan senyuman sumringahnya sepanjang dia berjalan masuk ke dalam kamar yang diikuti istrinya di belakangnya.

Pramudina hanya mengulum senyuman memandang suaminya yang mesem-mesem tak jelas membuatnya malu sendiri melihatnya.

“Kamu kenapa sih Dim?” Pramudina menggeleng tak percaya. “Aneh banget anak kamu nggak ada malah seneng. Jahat kamu, Dim.”

Adimas tertawa geli seraya melepaskan kancing baju batik yang dipakainya tadi. Sedikit demi sedikit pakaiannya terlepas dan memperlihatkan dada bidangnya yang sedikit berbulu itu. Setelah menaruh pakaian kotornya ke dalam kantung cucian, dia mengangkat pandangnya sambil mengamati Pramudina yang sedang berusaha melepaskan baju kebayanya.

“Mau dibantu nggak?” Tawar Dimas.

“Gak,” timpal Pramudina. Dia sudah sebal melihat senyum nakal lelaki itu. “Kamu suka macem-macem.”