“Na, marah?”
Alana masih menyuapi Arion makan, dia sempat delivery makanan tadi karena ia tadi sempat melihat kondisi lelaki itu yang kacau, kebiasaan Arion jika sudah mabuk pasti akan menyusahkan Alana, ditambah lagi kelihatannya Arion sangat pucat sekarang. Alana jadi khawatir pada lelaki itu.
“Engga, aku cape aja,” jawab Alana seraya kembali menyuapi Arion lagi, namun tangannya ditahan oleh lelaki itu, Alana memicingkan matanya.
Arion menaruh piring yang tadi dipegang Alana di atas nakasnya, dia lalu memegang kedua tangan kekasihnya itu yang duduk di pinggir ranjang. “Maaf.”
“Jangan minta maaf ke aku, ke diri sendiri, kamu hobi banget ngerusak diri.”
Arion menundukkan kepalanya,