Nurani Airin
Airin masih mengamati ponselnya yang tergeletak di samping ranjang tempatnya berbaring, dia baru saja membalas pesan dari Wira barusan, entahlah, hatinya bergejolak saat mengingat isi pesan terakhir dari lelaki itu. Airin tidak tau harus menjawab apa, tapi munafik jika dia tidak mengagumi sosok Wira apalagi sekarang isi pikirannya penuh oleh lelaki itu. Airin menatap langit-langit kamarnya dan memejamkan matanya sejenak, dia juga tidak tau kenapa lelaki yang baru dikenalnya itu mulai memenuhi isi otaknya.
Airin berdecak kesal saat mengamati ponselnya yang tidak lagi berdering setelah Wira mengakhiri obrolan singkat mereka melalui pesan tadi, Airin tau lelaki itu butuh banyak istirahat karena pasti besok dia akan terbang lagi entah kemana Airin belum tanya soal itu.
Sebenarnya Airin juga sedikit takut jika dia menyinggung perasaan Wira, tetapi, faktanya dia memang tidak tau harus membalas apa.
Dia membuka matanya lagi dan melirik ke arah ponsel, lalu dia bangkit dari tempatnya tidur. Gadis itu membuka totebag-nya dan mengambil topi hitam yang sejak kemarin ada di dalam sana. Ya, itu topi pemberian Wira, ah maksudnya topi yang direbut paksa Airin dari Wira. Ia memakai topi itu dan memandang pantulannya di cermin meja rias. Senyumannya mengembang tak terduga. Kilatan wajah dengan senyuman manis yang selalu tak berani menatap matanya itu mulai terbesit. Airin terkekeh. “Mas Wira, apa lo terlalu sempurna buat gue?”
Namun, sejenak suara berat yang terngiang di pikirannya kembali terdengar. “Tidak ada manusia yang sempurna, Airin. Aku memiliki kekurangan, kamu memiliki kekurangan, bahkan semua orang pasti memiliki kekurangan. Maka dari itu, pasangan diciptakan untuk saling melengkapi ketidaksempurnaan itu. Kekurangan yang ada dalam diri seseorang bisa jadi kelebihan di diri pasangannya. Dua insan yang tidak utuh dan tidak sempurna itu dapat menyatu melengkapi ketidaksempurnaan dalam diri masing-masing yang terbangun atas dasar cinta yang sempurna, Airin.”
———