Office Room

Arasha melangkahkan kakinya memasukki ruangan William setelah dia diantar oleh salah satu pegawai wanita. Arasha dipersilakan masuk oleh William yang membuat gadis itu jengkel dengan senyuman miringnya.

Arasha tidak menyangka jika perusahaan kecil milik William ini masih terlihat megah, meskipun memang jauh lebih besar perusahaannya yang ada di New York. Sebenarnya dia tidak mengerti bagaimana bisa William juga sudah membuka cabang di sini, belum lagi di Beijing. Memang Arasha akui pria itu bekerja pagi, siang, dan malam bahkan saat bersamanya pun dia masih selalu mengingat pekerjaannya.

Wolfed Corporation rupanya sudah membuka cabang di beberapa negara, seperti yang William katakan pada Arasha. Arasha memang tidak mengetahui bagaimana perjalanan hidup William, tetapi dia tahu bahwa ini semua tidak mudah didapatkan oleh lelaki itu.

Sebenarnya perlahan Arasha mulai dapat mengenal lebih dalam tentang sosok pria asing yang sudah bersamanya dalam dua bulan terakhir ini, meskipun demikian tetaplah sulit untuk bisa mengetahui secara detail bagaimana sosok William sebenarnya. Arasha hanya mengenal William yang seorang pekerja keras, pemabuk, superpower, keras, tidak suka dibantah, dan aura dominan sangat melekat dalam dirinya.

Tapi Arasha tidak bisa membohongi diri bahwa William sungguh baik padanya. Entah mengapa saat Arasha berada di sampingnya, dia merasa nyaman dan aman, seolah dia tidak lagi takut dengan apapun yang akan dihadapinya.

It's seems you look surprised.

So much.” Arasha memandang William yang tengah duduk di atas meja kerjanya seraya memandang Arasha. “Apa lagi yang kau punya? Aku tidak mau lagi kaget melihatnya nanti.”

“Kau berlebihan, kau bahkan belum melihat perusahaanku yang ada di Beijing.”

Arasha menggeleng dramatis, “aku tidak mengerti mengapa kau bisa begini.”

“Aku bekerja, tidak sepertimu,” cibir William.