Perfect
cw // mature scene
“Airin, kamu sudah mandinya?”
Wira memanggil perempuannya dari luar pintu kamar mandi yang tertutup rapat, dia bingung juga karena tidak mendengar suara apapun dari dalam sana.
“Ai?”
Sebenarnya lelaki itu tidak marah pada Airin, sebenarnya dia hanya cemburu saja melihat kedekatan Airin dengan Nathan—fotografernya tadi. Ya, perlu diketahui bahwa Wira mulai menunjukkan sisi lain dirinya pada Airin yang tidak diketahui orang lain mungkin, jadilah dia reflek tidak bicara sedari tadi pada perempuan itu dan sekarang dia jadi merasa bersalah pada istrinya sendiri.
Wira menghela napasnya kasar seraya mengacak rambutnya pelan, dia jadi malu sendiri terlihat seperti kekanakan di depan Airin. Wira menggeleng samar. “Aku ini kenapa sih?”
Tadinya dia ingin kembali keluar namun tiba-tiba Airin pun muncul dari ambang pintu kamar mandi yang terbuka. Wira bisa melihat tatapan Airin yang begitu tajam mengamatinya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Lelaki itu pun menatap sang wanita. “Maaf, saya tidak bermaksud untuk cuekin kamu.”
“Terus?”
“Saya gak bisa cuekin kamu.”
“Sini masuk.”
Airin menarik tangan Wira dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi, gadis itu menutup pintunya dengan sekali hentak—membuat Wira menelan ludahnya susah payah saat dirinya terjerembab di wastafel kamar mandi.
“Ka—mu mau apa?” tanya Wira gugup.
“Aku mau cukur kumis kamu.” Airin mendekati Wira seraya menyentuh rambut halus nan tipis yang tumbuh di atas bibir suaminya itu. “Kamu besok kerja, jadi harus bersih.”
Jantung Wira tampaknya sudah tak terkendali saat ini, terlebih lagi Airin yang terlalu dekat dengannya di ruangan yang kecil ini, dia bahkan bisa mengamati wanita itu tampak telaten mencukur tipis lelaki itu sampai bersih.
“Udah,” ujar Airin, dia sedikit menjauh dan mengamati Wira dengan seringaian. “Sebenernya kamu mau kumisan atau nggak tetep ganteng sih.”
Wira masih diam, matanya berkedip dua kali dan barulah ia membuang napasnya panjang.
“Kenapa sih, Mas? Kalo deket gue kayaknya tegang mulu, santai kali, udah mau dua bulan nih kita nikah?” Airin mendekat, membuat Wira reflek mundur.
“Ai.”
Airin mendongak melihat sosok jangkung yang tengah menunduk untuk melihat wanita itu, dia melihat sosok lain yang tidak pernah dia rasa temukan dalam diri pria itu, matanya sayu berbinar dengan napas memburu, dan rahang menggertak.
Airin kini berjalan mundur saat Wira melangkah semakin dekat padanya hingga menyudutkan Airin di dinding kamar mandi.
Napasnya dibiarkan menghembus di sekitaran wajah Airin, membuat Airin yang biasanya akan menantang, kini nyalinya menciut mendapat tatapan maut dari sang suami.
Wira menyentuh rambut panjang Airin yang terurai halus, tampak sedikit berantakan dan lepek namun tidak membuat lelaki itu berhenti memuja wajah cantik yang kini ia usap permukaannya.
Lelaki itu memiringkan kepalanya dengan satu tangan mengepal menyentuh dinding seolah memenjarakan Airin dalam kukungannya. Ia maju semakin dekat sampai membuat Airin menahan napasnya dan refleks menutup kedua matanya seperti menjadi isyarat bahwa Wira diizinkan melakukan apa yang pada akhirnya ia lakukan.
Wira mencium ranum sang istri, lalu tanpa ragu ia menarik Airin ke dalam dekapannya tanpa melepas ciumannya. Kecupan yang diberikan lelaki itu berubah menjadi lumatan lembut yang membuat Airin secara tidak sadar tergerak meremas rambut sang pria. Kala itu Wira semakin memperdalam ciumannya, ia tidak sekadar memberi lumatan tetap juga mengisap bibir bawah Airin membuat wanita dalam kendalinya itu meringis pelan.
Airin membuka matanya dan menyeringai. “Kamu udah bisa ya mainnya?”
Wira menahan senyum saat membuka matanya sejenam sebelum kembali memagut ranum sang istri. Ini sudah diluar kendalinya. Tangan pria itu naik ke tengkuk Airin dan mendorong pelan, terang saja ini bukan sekadar dari pagutan saja.
Wira menggigit bibir bawah gadis itu sekali lagi sehingga Airin membuka mulutnya memberikan akses lebih bagi sang pria. Airin meremat bahunya dan menggeram pelan kala ia mulai menikmati french kiss yang dipimpin oleh Wira kali ini.
“Emh.”
Airin menyentuh wajah Wira kala ia mencoba melepaskan pagutan keduanya, dia melihat sosok tampan itu dari jarak dekat, tatapan elang diiringi napas yang menggebu saling menyapa masing-masing wajah keduanya. Mereka berdua mencoba meraup oksigen sebanyak-banyaknya setelah permainan panas yang di luar kendali keduanya.
“Maaf, saya—”
“Gak apa-apa.”
Airin mengecup singkat bibir sang suami, Wira menatapnya penuh damba.
“Ga sia-sia aku ajarin kamu ya, Mas. Udah pro banget.”
Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia menyebunyikan pipinya yang terasa panas sekarang. Namun tiba-tiba tangan sang istri mulai tergerak menyentuh dadanya yang masih dilapisi kain. Wira mengamati pergerakan Airin sampai tangan lentik itu bergerak semakin turun dan berhenti memutari perutnya yang berbentuk.
Wira merasa sesuatu dalam dirinya semakin tak terkontrol hingga akhirnya ia menahan tangan Airin dan dalam sekali gerakan ia mengangkat tubuh wanita itu dalam gendongannya. “Jangan di sini.”
“Mas...”
“Hm?”
Airin dibuat terkejut saat lelaki itu melepaskan atasannya dan kembali mendekati Airin yang masih berdiri di hadapannya.
Lelaki itu kembali meremat pinggang wanita itu dan menariknya mendekat. Sekali lagi dia mengangkat wajah Airin dan memandanginya beberapa saat sebelum pandangannya beralih diikuti dengan pergerakan tangannya yang memegang tali kimono yang dikenakan wanita itu.
Wira berbisik pelan saat pandangan mereka bertemu, “boleh?”
Airin mengangguk malu. Dia memeluk tengkuk Wira sedikit berjinjit dan berbisik. “Safety first.“
“Ai, saya gak punya pe—”
Airin menarik lelaki itu lagi untuk mendekat padanya, dia menyeringai seraya mengusap ranum tebal pria yang tengah menatapnya bagai seorang mangsa. “Aku kemarin beli.”
Wira tersenyum miring detik itu juga. Untuk pertama kalinya Airin membiarkan Wira bertindak jauh dari sebelumnya seperti kali ini mereka berusaha meraih surga masing-masing tanpa lagi memikirkan adanya benteng penghalang yang selama ini menjadi pergulatan batin di antara keduanya.
Malam itu, Wira dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya pada sang pujaan hatinya...