Rendezvous


Azalea tidak tahu apakah hari ini adalah hari yang paling menyenangkan atau malah paling menjengkelkan sebab dia dihadapkan dengan dua keadaan yang berlawanan. Kenyataan yang tidak dapat dipercayai olehnya saat melihat seorang pria jangkung dengan kemeja putih yang sudah sedikit keluar dan berantakan, rambut hitam yang tampak disisir ke belakang dengan mengenakan jarinya yang kembali menampilkan dahi mulus nan menyilaukan mata Azalea. Matanya tidak mengerjap beberapa saat kala berhadapan dengan sosok Nathrach Balfour sementara pikirannya beralih pada Jessica yang pergi ke Puncak dan tidak meninggalkan kunci apartemennya yang artinya dia tidak tahu harus pulang kemana, Azalea tidak membawa kunci duplikat.

Mata Nath melirik ke sekeliling sebelum dia menangkap sosok Azalea yang sudah melambaikan tangan padanya di depan kasir. Nath mengangkat tangannya dan melambai pula pada gadis itu. Dia segera menghampiri Azalea   kemudian mereka berjabat tangan tanpa diduga melainkan Nath yang reflek mengulurkan tangannya pada gadis itu.

“Hey, how's life?”

I guess it would be more exhausting if you didn't come.” Azalea tersenyum menyeringai, tampak di depan matanya deretan gigi rapi Nath setelah itu. “How's yours?

Well, it has been nice since I met you.

Azalea yang berusaha sebisa mungkin menahan segala ekspresi yang bisa saja dia keluarkan saat mendengar ucapan Nath yang terdengar flirty padanya, kalau saja Nath tidak ada di depannya, mungkin dia akan tergeletak di lantai saat ini. Pingsan mendengar perkataan Nath disertai senyum manis yang bahkan lebih manis daripada cappuccino yang di jual di coffee shop tempatnya kerja itu. Sial.

“Ayo mau duduk di mana nih?”

How about in the smoking area? Gue mau sambil ngerokok.”

Sure. Lo mau pesan apa nih? Biar gue yang bikinin.” Nathtersenyum miring saat Azalea kembali berucap. “Well, it's my treat.

Nath hanya memanggut-manggut, kemudian dia mendekat sedikit pada Azalea dengan tatapan matanya yang dalam. “Okay, so... Dear the hottest barista I've ever seen, would you mind making me an hot moccachino huh?

Azalea menyeringai, dia mengulum senyuman setelah Nath menjauh darinya. “As might be expected, my special customer.


Nath tampak sedang berkutat dengan ponselnya sementara ia mengampit rokoknya dengan dua jari tangannya yang satu kala menunggu pesanannya serta Azalea datang menghampirinya. Well, tempat ini cukup nyaman karena meskipun berada di ruang terbuka namun tidak terlalu bising karena dibentengi oleh dinding kokoh pembatas dengan dunia luar. 

Here's your order, Sir.

Azalea menaruh pesanan milik Nath dari nampan yang dibawanya ke atas meja, kemudian lelaki itu menatap Azalea dengan senyuman hangat. “Thanks.

Azalea kemudian duduk di hadapan Nath dan otaknya berusaha memutar untuk mencari topik yang tepat untuk mengawali perbincangannya pertama kali dengan Nath kala itu. Dia juga tidak bisa berhenti manatap sosok di hadapannya yang sedang menyesap moccacino hangat pesanannya.

Perfect.

What? The taste or me?” Gadis itu seperti seorang yang pandai flirting yang auranya dapat langsung dirasakan oleh Nath terlebih saat Azalea menampakan senyuman smirk yang nyaris mematikan.

Both I guess.

Ehm, yeah, so that was kinda annoying, so forgive me then, Sir...

“Azalea, the type of flirty girl, I have been thinking a lot about that before.

Am I?

Kind of.

Nath tersenyum tipis. “Uhm, anyway, so how's your work?

Today was exhausting for me because this place has been crowded since this morning. Gue bener-bener kerja keras hari ini, bagian shift gue rame parah, Nath. Untung aja shift gue cuma sampe sore hari ini, kalau nggak ya I'm gonna die, kaki gue pegel banget.”

“Wow, you worked hard today, great job, Azalea. Istirahat deh ya sekarang, ngobrol sama gue.” Nath tertawa kecil.

“Ya, I'm glad banget lo dateng buat mengusir lelah gue seharian. Oh ya, so how's yours, Nath?”

Just so so, capek tapi gimana ya duit harus dicari. Tapi tenang, gue lakuin itu semua have fun kok, I love to learn by the way so gue kerja juga sambil terus belajar. Bawahan gue nggak banyak bikin salah dan ya so far they've had a great job, also part of them bisa diandalkan sih jadi gue lumayan gak pusing-pusing amat.”

You must be a good leader, huh?”

Indeed, Azalea. At least I'm still trying and I am always learning about how to be a good leader not only to accompany my staff but also to lead them doing the best thing that they should've done.

Azalea memandangi Nath dengan decak kagum, disusul tepuk tangan pelan yang dia anggap sebagai penghargaan kecil untuk Nath. Nath hanya terkekeh pelan. “Lo beres ini mau pulang, kan?”

Mendengar pertanyaan Nath, tiba-tiba Azalea teringat soal problematikanya dengan Jessica yang sampai saat ini belum ada kabar yang artinya Azalea belum bisa untuk kembali ke apartemennya terlebih tanpa membawa kunci duplikat. Azalea menggeleng samar, Nath mengerutkan keningnya bingung. “Gue bingung banget.”

“Lho, kenapa?”

“Hari ini gue nggak bawa kunci duplikat dan masalahnya Jessica lagi pergi ke puncak, itu dia ngabarin mendadak banget tadi. Jujur it sucks banget karena dia bahkan gak ngasih tau sebelumnya ke gue.”

“Jadi lo belum bisa pulang?”

Precisely.

“Kalo lo mau numpang dulu di apart gue, its okay. Sorry jangan nethink dulu, in case she hasn't come ya dan kalau lo mau nunggu di sini pun gue bakal temenin kok. Its up to you aja atau mungkin lo mau gue anterin ke tempat temen lo yang lain gitu.”

So, gue bakal ngerepotin lo lagi?”

“Azalea please? We're friend now okay? Nggak ada repot-repotin segala.”

Thanks in advance, Nath...”

No need, Azalea. If there's anything I can do for you, I'll do.

Mas Chinese, gue mau pingsan. Batin Azalea berteriak melihat tatapan dalam yang dilayangkan oleh Nath, belum lagi senyumannya yang manis dan menghanyutkan bagi siapapun yang melihatnya. Pesona pria itu benar-benar tak dapat terelakkan. Azalea meleleh karenanya.

¤ ¤ ¤