Rules on Him
Sorot mata William begitu tajam kala matanya lurus memandang bola putih yang sedang menjadi sasarannya untuk mendorong bola di depannya agar masuk ke dalam kantung, William mendapat giliran main pertama kali ini sehingga ia mendapat jatah bola nomor 1 – 7 dan Arasha sebagai pemain kedua harus memasukkan bola nomor 9 – 15.
Arasha sebenarnya sudah tahu bahwa dirinya pasti akan kalah telak dengan lelaki itu yang sudah bak seorang pemain biliard profesional, dilihat dari bagaimana lelaki itu tampak fokus berpikir dan berusaha mengarahkan stik cue-nya agar tepat pada sasaran. Arasha menelan ludahnya susah payah setelah William berhasil menembak bola ke-7 masuk ke dalam kantung di lima menit pertama.
“Hah? Bagaimana bisa?!”
Arasha mendengus kasar saat William menyeringai seraya kembali hendak menembak bola keduanya itu, tidak lama setelah itu dalam pukulan yang singkat lelaki itu berhasil memasukkan bola keduanya itu. Arasha menggeram mulai tidak sabar untuk menunggu gilirannya karena kalau tidak ia akan kalah.
Hingga setelah itu giliran Arasha yang bermain, wanita itu sebisa mungkin berusaha fokus agar hasil tembakannya bisa memuaskan meskipun dia bisa melihat bagaimana William yang kembali mengepulkan asap vape-nya itu menatapnya penuh seringaian.
Suasana di dalam ruangan temaram itu mendadak panas sampai dahi gadis itu berkeringat. William meraih botol rum dari atas meja dan meneguknya langsung seraya mendekat pada perempuan cantik itu.
“Lepas jaketmu,” titah William.
Arasha menggertakkan rahangnya kala William tiba-tiba menarik tubuhnya mendekat pada lelaki itu kemudian berusaha melepaskan outer berwarna peach yang dikenakan oleh Arasha. “Aku tidak mau, Sir.” William mengamati bulir peluh yang membasahi rambut wanita itu dan tangannya menelusup pada tengkuk gadis itu, dia hampir mencengkram leher Arasha erat namun ia buru-buru menahannya. “Tapi kau tampak kepanasan.”
Arasha dapat membaca taktik seorang William Wolfed yang tampaknya berusaha membuyarkan fokus Arasha pada permainan kali ini. Itu pikiran Arasha saat ini sehingga sebisa mungkin wanita itu tidak mau hanyut dengan tatapan William.
Arasha kembali memunggungi William dan sedikit membungkuk untuk menyetarakan stik cue yang tengah ia arahkan pada bola cue di meja biliard. Dia bahkan tidak peduli dengan jarak tubuhnya yang begitu dekat dengan William yang masih berdiri di belakangnya.
William mengeluarkan dasinya dari saku celananya, dia menunduk sedikit untuk meraih rambut panjang wanita itu yang terurai lalu dengan telaten William mengikat rambut wanita itu menggunakan dasinya. Cukup rapi karena dia tampak tidak menyisakan helaian rambut panjang Arasha kecuali poninya yang memanjang.
“Tembak sekarang, kau payah sekali huh?”
“Diam, jika berhasil, aku akan menagih satu informasi darimu itu.”
Arasha memberikan tembakan pada bola putih yang rupanya berhasil mendorong dua bola sekaligus masuk ke dalam kantung. “Yeah!”
“That was so amazing, Darling.“
William memberikan satu kali applause untuk Arasha, kemudian ia menggeser tubuh gadis itu karena ini sudah memasukki gilirannya setelah tak sadar Arasha juga memasukkan bola putih ke dalam kantung. Arasha memukul lengan William.
“Kau curang! Kau harus memberi satu hal itu padaku, aku butuh jawaban itu darimu! Kau jangan curang, William!”
William menoleh pada Arasha dengan tatapannya yang setajam elang mendengar kata terakhir gadis itu yang memanggil namanya saja. Lelaki itu segera mendekat pada Arasha namun buru-buru Arasha menahan dadanya. “Ish!”
“Kita selesaikan dulu, kau harus memasukkan delapan bola itu untuk jadi pemenang, lalu kau bisa bertanya apapun padaku dan aku pun akan menjelaskan semuanya. Mengerti?”
“Ah tidak mau! Aku pasti akan kalah darimu, Sir!”
“Pecundang sekali ya kau ini?”
“Aku tidak peduli.”
“Baiklah, aku pun tidak peduli.”