Tengkar.
Brug!
Arion melemparkan tasnya sembarangan, sebelum ia berlari mengejar lelaki yang baru saja keluar dari ruang seminar, dia juga melihat Alana keluar bersama lelaki itu. Arion menarik kerah baju lelaki itu dan membawanya ke toilet yang terletak di ujung—yang kebetulan sedang sepi. Arion menghempaskan badan Malvin di dalam sana, ia kembali menarik kerah lelaki itu dan memukul bagian wajahnya keras.
“Arion!”
Arion menoleh pada Alana dan melotot, “diem di situ!”
“Lo apa-apaan anjing?!” Malvin mendorong Arion, dia juga membalas pukulan lelaki itu.
“Lo yang apa-apaan bego! Gausah deket-deketin cewek gua!” Arion mendecih, ia kembali menghajar sisi rahang kiri Malvin sehingga membuat lelaki itu meringis. “Gue tau lo ada maksud lain, kan? Gue inget siapa lo ya bangsat!”
“Kenapa emang hah kalo gua naksir sama cewek lo?” Malvin tersenyum menyeringai.
“Brengsek!” Arion hendak kembali memukul lelaki itu tetapi Malvin langsung menghindar namun dengan cepat Arion menyikut dada Malvin sampai kembali tersudut di pojok toilet.
“Lo tuh kenapa hah? Takut cewek lo gue salip, hm?”
“Anjing, ketua BEM munafik lo, gue tau siapa lo ya anjing! Cowok gak bener lo! Gue tau lo suka nyewa sana sini, jangan lu kira gua gatau lo siapa anjing! Jauh-jauh dari cewek gue!”
“Terus apa masalahnya sama lo? Urusan gue, duit-duit gue, Tolol!” Malvin perlahan bangkit—sedikit meringis saat dia berjalan pada Arion. “Lagipula, kalo pun gue mau sama cewek lo, tinggal gue sikat. Lo gausah lebay, gue gak ada niat apa-apa sama Alana.”
Arion mengepalkan tangannya kuat sebelum akhirnya ia kembali melayangkan pukulannya pada hidung Malvin sehingga wajah lelaki itu tampak babak belur seketika. “Jaga omongan lo anjing! Cewek gue gak sama kayak cewek-cewek sewaan lo!”
“Arion!”
Alana terbelalak saat ia masuk ke dalam toilet itu bersama beberapa orang yang bergerumul masuk dan segera membawa Malvin pergi dari sana, Arion memutar bola matanya malas, dia sudah tahu pasti dia yang akan disangka sebagai biang masalahnya. Melihat hal itu Alana langsung berlari meninggalkannya. “Na, argh, Alana!”
Arion sempat mengejar Alana namun tak lama gadis itu langsung berhenti dan berbalik badan, rupanya ia hanya berbalik untuk melemparkan tas milik Arion barusan. “Jangan deketin gue dulu. Lo cuma bisa malu-maluin gue.”
“Fuck!” Arion menggertakkan rahangnya kuat, dia merasakan tangannya memar karena pukulannya barusan, juga wajahnya terdapat sedikit memar di sana. Ia pun menghela napas frustasi sebelum ia mengamati sekeliling yang melihatnya dengan pandangan mata tak enak, lelaki itu pun segera pergi dari sana.
****