Wira baru saja tiba di apartemennya, dia menghampiri sang istri yang tampak tertidur pulas di atas sofa, ini kebiasaan Airin jika menunggu suaminya pulang, dia pasti akan selalu menunggu di sofa ruang televisi bahkan sampai tertidur. Seperti biasa Wira akan langsung menghampirinya dan melepas rindu dengan menghujani kecupan di sekitar wajah cantik sang istri maupun kepalanya. Wira mengecup bibir Airin seraya bersimpuh memandangi wajah cantik sekaligus lelah sang istri kemudian ia mengusap perut Airin yang sudah cukup besar itu. Sentuhan Wira membuat Airin mengerjapkan matanya membuat sang suami tertegun dan mengusap rambut Airin.
“Sayang, bangun yuk, kita pindah ke kamar... kok tidur di sini hm?” Wira mengusap pipi Airin lembut.
Airin membuka matanya perlahan dan bangkit duduk dengan susah payah dibantu oleh sang suami yang kini duduk di sampingnya. Wira menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi wajah wanita itu. Dia juga membenarkan pakaian minim istrinya itu.
“Kamu baru sampe, Mas?” Tanya Airin dengan suaranya yang rendah, dia tampak mengusap matanya dan masih berusaha mengumpulkan nyawa.
“Iya, Sayang.”
Wira masih mengusap surai panjang istrinya itu, dia tersenyum. “Kamu ketiduran ya?”
“Iya, Mas, maaf. Padahal aku nggak sabar nunggu kamu pulang.”
Airin menatap Wira dengan mata kucingnya, dia mencebikkan bibirnya sambil mengusap lembut wajah tampan pria yang sedang sangat dirindukannya. Airin terus menatap suaminya penuh damba kemudian tangannya beralih melepas dasi kemeja suaminya dengan telaten seraya membuka kancingnya pula karena Wira sudah terlebih dahulu melepas jas kerjanya. Wira membiarkan sang istri melakukan itu untuknya dan dia juga bisa lebih puas mengamati kecantikan istrinya dari jarak dekat.
“Mas mau mandi air hangat? Kamu mau makan apa? Sekalian aku buatin minumannya ya, Sayang.”
“Kamu udah mandi belum?” Satu tangan Wira memeluk pinggang istrinya itu.
“Emang aku bau ya?” Airin mengendus tubuhnya sendiri dengan alisnya yang mengerut lalu dia melirik lagi pada suaminya. “Aku nggak bau.”
“Siapa yang bilang kamu bau sih?” Wira terkekeh, “saya cuma tanya kamu udah mandi belum? Bukan berarti kamu bau.”
“Oh, udah lah, aku nyambut kamu tuh pasti aku mandi!”
“Kirain.”
“Apa?”
“Nggak, Sayang.”