“You didn't sleep, right?
“I can't.”
“We shouldn't to.”
“Oh, why?”
Senyuman sosok dingin itu mengembang tipis, Alzane Valerio, lelaki dengan setelah kaos putih dengan celana jeans panjang itu mengangkat pandangannya—menatap sosok yang hari ini sudah menjadi miliknya selamanya. Alzane tidak pernah menyangka berhasil menikahi seorang gadis yang ia cintai, Aletta Herbert, kekasihnya sendiri. Aletta tampak terdiam di tepi ranjang seraya memandang bingung pada Alzane, keduanya tidak seperti biasanya—mereka tampak kikuk.
“Aletta,” suara Alzane yang halus bahkan hampir tidak terdengar di telinga Aletta membuat gadis itu terkejut sedikit kemudian menoleh melihat pria tampan itu menghampirinya. Alzane mendaratkan bokongnya di sampingnya, memeluk erat leher Aletta setengah mencekik dengan lengan besarnya. Dia membawa Aletta ke dadanya, “Kamu malu, hm?”
Aletta tersipu, sekujur tubuhnya mendadak tegang, gemetaran. Kini yang dia bisa lakukan hanya meremas piyama satin pink yang dikenakannya. Hembusan napas Alzane menari di belakang telinganya, itu terasa panas membuat Aletta merinding.
“Kita bukan sepasang kekasih yang terpaksa menikah, kan? We do this for complete our love story, Sayang.”
Alzane merengkuh pinggang Aletta meskipun gadis di sampingnya masih menunduk karena malu, tapi itu membuat Alzane gemas melihatnya, dia menepuk kepala Aletta lembut dan mengusapnya. “Aletta, look at me, please?”
Aletta perlahan mendongak, memberanikan diri melihat sosok suaminya yang kini ada di hadapannya, dia tidak bisa tahan mengagumi ketampanan sosok Alzane. Rahangnya yang tegas, bibirnya merah merona, kumis tipis, dan rambut dikebelakangkan—menampilkan jidat mulusnya yang semakin menambah ketampanannya.
Alzane menarik tangan halus istrinya untuk menyentuh permukaan wajahnya, “kamu suka natap aku lama-lama?”
Aletta tersenyum tertahan, dia mengangguk, tangannya yang semula dituntun untuk menyentuh wajah Alzane kini bergerak dengan sendirinya tanpa komando. “Sekarang, kamu bisa natap aku selama yang kamu mau.”
Alzane tersenyum dengan wajahnya yang dingin, rambut hitamnya jatuh saat dia sedikit menunduk mendekati Aletta. “Aletta, kamu selalu cantik.”
Aletta mengerutkan hidungnya meledek dengan kekehan, sementara Alzane masih menatapnya dengan sorot mata lekat, tatapannya dingin. “You trying to flirt with me, but I'm sorry it's doesn't work, Zane.”
Alzane menyeringai, “Ok, you can't kiss me if it doesn't work for you.”
Aletta mengedikan bahunya, memutar bola matanya ke arah lain—yang terpenting dia tidak bisa melihat seringaian Alzane saat ini. Alzane mengangkat perlahan Aletta dalam gendongannya, wanita itu jelas terkejut karena tindakan suaminya yang tidak ada aba-aba. Mereka menjatuhkan diri di sofa—tepatnya Aletta kini terjatuh di atas tubuh Alzane.
“Alzane!”
“Hm?” Alzane membenarkan posisi duduknya tanpa melepaskan Aletta di pangkuannya, dia merapikan rambut berantakan Aletta yang menghalangi wajahnya, matanya melirik ikat rambut hitam di pergelangan tangan istrinya. Ia meraihnya kemudian menatap Aletta sebentar sebelum dengan telaten dia mengikat rambut panjang istrinya agar tidak menghalangi lagi. “I wanna see your bareface, cause I love it.”
Aletta memajukan wajahnya, tangannya bergerak menyugar rambut suaminya ke belakang, “like this?”
“Terlalu deket.”
Alzane mengeratkan pelukannya pada pinggang sang istri, Aletta tidak menghiraukan dengan perubahan tatapan suaminya yang rrrr— sulit dijelaskan. Napasnya menggebu, matanya tidak bisa berhenti memandangi wanita di atasnya, dan matanya menggelap.
“Aletta.”
“Hmm, yes baby?”
Alzane menyeringai, “Kiss me darling.”
“I beg you to kiss me first, Al.”
“First, your turn.”
Aletta memandang Alzane sejenak, perlahan tapi pasti dia memajukan tubuhnya—semakin mencondongkan itu untuk meraih bibir kekasihnya. Aletta mencium bibir Alzane lembut, dia hanya memberi kecupan-kecupan seraya memejamkan matanya tanpa ingin melihat bagaimana sosok Alzane yang masih menatapnya. Alzane tidak ingin membiarkan kesempatannya menikmati wajah Aletta yang mempesona saat menciumnya itu lepas begitu saja.
Aletta menggigit bibir bawah Alzane, suaminya meringis pelan namun dia terus membiarkan Aletta yang kini meremas sedikit mengacak rambut Alzane sampai akhirnya wanita itu melepaskan ciumannya setelah tersadar bahwa dia di luar kendalinya.
“You like it?” Alzane menyeringai dengan bibirnya yang ranum dan basah.
Aletta mengusap bibirnya sendiri, menatap Alzane dengan mata kucing yang membuat lelaki itu gemas padanya. “Sorryy, beyond my control.”
“So let's lost your control, Sweetheart. I love you look like this.”
“Alzane jangan ngeledek aku!”
“Enggak ngeledek,” ucap Alzane, dia mengusap wajah Aletta. “Okay, Love, it's my turn, isn't?”
“You scared me,”
Dengan satu gerakan tangan besar Alzane menarik tengkuk Aletta mendekat, lelaki itu mencium bibir Aletta lembut mulanya. Dia membiarkan Aletta memegang lehernya dan sesekali meremas rambutnya—demi menyalurkan kenikmatan yang diberikan Alzane.
Alzane menyesap bibir bawah Aletta, membuat wanita itu mengerang pelan, Alzane menyeringai melihatnya. “Ini belum seberapa, Aletta.”
Ciuman yang diberikan Alzane semakin menuntut, ia menggigit bibir bawah Aletta meminta akses untuk lidahnya bertemu dengan milik Aletta—demi memperdalam ciumannya. Alzane sudah mabuk akan permainannya sendiri. French kiss yang diberikannya membuat Aletta sesekali mengeluarkan suara yang membangkitkan libido Alzane. Tangan lelaki itu semakin bergerak menggerayangi tubuh Aletta dan mengusapnya lembut.
“Ouuh..” Aletta membuka mulutnya setelah Alzane melepaskan ciumannya dan turun mengecup leher wanita itu—yang menjadi titik sensitif umumnya seorang wanita. Alzane terus menggoda Aletta dengan lidahnya yang naik turun di sekitar leher jenjang wanitanya. “Zane, please...”
Alzane menjauhkan dirinya sebentar, menatap Aletta dengan mata menggelap, tangannya sudah memegang kancing baju wanita itu. “Just do it.”
Alzane tersenyum kecil dan melepaskan kancing piyama tidur Aletta—membukanya dengan lembut tanpa ingin menyiksa wanitanya namun kemudian melemparkannya asal. Ia menyeringai melihat Aletta yang setengah naked, dia pun bangkit dengan Aletta digendongannya.
Alzane menjatuhkan wanita itu di atas ranjang, Aletta menatapnya dan menggigit jarinya karena gugup tetapi sialnya itu malah membuat Alzane seolah semakin tidak sabar. “Stop flirting me, Aletta.”
Alzane melepaskan kaos oblongnya, dia menyugar rambutnya kebelakang setelah melempar asal kaosnya ke sembarang tempat. Aletta terkesima di bawahnya, “sexy.”
“Of course, you like it?”
“I like you.”
“Aletta, are you ready for give it to me? Kalau belum mau, kita bisa berhenti sampai di sini.” Alzane berbisik dengan nada rendah.
Aletta memeluk leher Alzane erat dan mengendus pipinya seraya berbisik pelan, “we go slow.”
“then hard.”
Aletta mencebikkan bibirnya, “Alzane, takut.”
“Step by step, nggak langsung kok, jadi gak akan sakit.”
Aletta tertawa, “kamu udah ahli banget?”
Alzane menaikkan alisnya dan menyeringai, “jelas.” Dia lalu kembali mengulum bibir sang istri sebelum berkata, “Just shut up.”
—
Aletta merasakan gelenyar aneh saat Alzane menciumi hampir seluruh bagian tubuhnya, bahkan sekarang tangan lelaki itu bergerak melepaskan underwear wanitanya sampai kini tubuh Aletta polos.
“I swear to God that you're one of the most favorite creatures which made just for me, Aletta.”
Aletta tersipu malu, dia hendak menarik selimut tapi Alzane menahan. “Don't cover it, your body is perfect. Biarin aku liat semuanya, okay?”
Tangan Alzane mulai meraba bagian sensitif Aletta di bagian atas sedangkan bibirnya terus mencium sekaligus membungkam suara yang keluar dari bibir Aletta.
“Al—zane, uh.”
“Yes, please, lemme hear your beautiful voice.” bisik Alzane, ciumannya turun di dada sang istri sedangkan tangannya naik meremas leher dan menekannya setengah mencekik.
“Ahh, Zane,”
Alzane merenggangkan cekikannya pada leher Aletta, dia masih fokus dalam permainannya saat ini, membiarkan goresan kuku Aletta membekas di punggungnya.
“Damn,”
“Euh, don't choke me,” Aletta terengah, “but I love it.”
“Maaf,” Alzane terkekeh dan melepaskan cekikannya, dia mencium Aletta lagi. “Kamu suka?”
“Kamu mau bunuh aku ya?”
Wanita itu cemberut, melihat kekehan Alzane sedikit membuatnya lega dengan napasnya yang kembali teratur.
Alzane pun kembali mengencangkan pegangannya pada aset sang istri, membuat Aletta membuka mulutnya dan menggigit lengan suaminya. “Alzane, ah, please uh stop!”
Belum puas melihat Aletta tersiksa, tangan Alzane turun ke bawah, mulai memainkan jari-jari handalnya untuk sang istri.
“Alzane...” Aletta memegang erat lengan lelaki itu dan menahan suaranya dengan mata yang terpejam.
Alzane terus bermain dan mencoba memasukki lembah yang masih sulit ia tembus. Sesuatu di bawah dirinya sudah ingin terlepas dari kurungan saat melihat Aletta yang dengan begitu cantik tampak tersiksa di bawahnya. “You're fuckin great, Aletta.”
“Damn, Al, eungh—a little bit faster, please...”
“Beggin me.”
“Alzane,” Aletta susah payah membuka matanya, dia kemudian mencium Alzane sejenak. “Please...”
“As you wish, darling.”
“I wanna cum....”
Alzane mempercepat tempo permainannya dan terus memutar jarinya di bawah sana sampai tubuh Aletta gemetaran karena hampir mencapai pelepasannya sebelum lelaki itu menarik tangannya dan menjauhkan diri—menyaksikan sejenak Aletta menatapnya kecewa dan tersiksa dengan mata kucing.
“Not yet, Darling.”
Alzane bangkit membuka gesper celananya dan melepaskan semua yang mencoba mengurung sesuatu yang sudah tidak bisa lagi tertahan dalam dirinya. Aletta tersentak melihat sosok itu yang kini polos dan mendekatkan kepalanya pada bagian bawah dirinya.
Ya, tidak sampai di situ, Alzane terus menggoda titik sensitif Aletta yang sudah siap untuk melepaskan semua yang menjerat dirinya.
“I... I wanna cum,”
“Wait,” Alzane kembali bertumpu di atas Aletta, dia menatap mata Aletta sejenak dan mencium wanitanya lama. “May I?”
“Please, now.”
Alzane mengambil posisinya, dia menatap Aletta yang ada di bawahnya saat ia akan menerobos masuk. “What do you want after we're done?”
“Anything—ah, Zane...”
“Apa yang kamu mau?”
“Pasta.”
Alzane masih mengajak Aletta berbicara saat ia sedang berusaha masuk, ia ingin mengalihkan rasa sakit istrinya sementara, wanitanya tampak meringis dan meremas kuat pundak lelaki itu. “Pasta doang?”
“Di hotel ini banyak makanan kok, tenang aja,” ujar Alzane dengan napas terengah.
“Shut up, please move now,” protes Aletta.
Alzane menggeram kuat, dia menerobos masuk semakin dalam membiarkan Aletta menggaruk punggungnya untuk menyalurkan rasa sakit yang dia rasakan. “Hei, are you okay, huh?”
“I'm okay,”
“Maaf, ini sakitnya hanya sementara.”
Alzane pun mulai bergerak maju dan mundur memegang leher Aletta seolah memegang kendali permainan kali ini. Wanita di bawahnya memejamkan matanya kuat dan sesekali meringis juga bersuara yang akan membangkitkan libido Alzane lebih.
“Choke me.” Aletta menatap Alzane dengan mata berbinar.
Alzane memejamkan matanya, mencekik Aletta agar kenikmatan yang dia rasakan bisa tersalurkan apalagi saat melihat penampilan Aletta sekarang, he can't hold this anymore.
“So thight, babe.”
“Ah,” geram Alzane.
“I'll cum, Alzane.”
Alzane menaikkan tempo permainannya mengikuti naluri lelakinya yang semakin tak terkontrol sekarang, dia menggeram kuat sambil menatap Aletta yang terus meneriakkan namanya. “Alzane, uh, Zane—Oh, fuck!”
“Ya like that, I love it.”
“Oh baby, ohh....”
“Aletta, ah fuck! I'll cum!”
“I'm close!”
“Together, Love!”
Keduanya pun melakukan pelepasan bersamaan, Alzane menyugar rambutnya yang basah karena keringat, tubuh Aletta gemetar menerima sesuatu hangat yang meleleh di dalam miliknya.
“Ah, damn, Aletta...”
Alzane mengepalkan tangannya sebagai tumpuan tubuhnya yang berada di atas wanita itu. Alzane menarik kedua sisi bibirnya membentuk senyuman yang lebih terlihat seringaian menggoda di mata Aletta yang sedang lelah. “You're so beautiful, Aletta.”
Alzane berbaring di samping istrinya dan memeluk Aletta seraya mengusap peluh di dahi wanitanya—yang masih berusaha mengatur napasnya. “Thank you, Love.”
Aletta menatap Alzane sinis dan melepaskan tangan lelaki itu, membuat Alzane ingin menggodanya lagi. “Nanti kita coba yang lebih ekstrem. It was the usual way, kita coba selanjutnya in my way okay?”
“Alzane!”
“Hahaha, sini sini,” ucap Alzane.
Ia meraih tubuh istrinya dan memeluknya erat, mengecup dahi Aletta lama seraya berbisik pelan. “I love you, Mrs. Valencio.”