winwincure

Rencana Gagal


Rencana awal Pramudina setelah seharian mengurus anaknya yang baru berusia dua tahun itu ialah beristirahat panjang. Tentunya menjadi ibu rumah tangga di sela-sela kesibukannya bekerja juga tidaklah mudah, meski pekerjaan yang ia jalani dilakukan dari rumah tetapi tetap saja itu menjadi hal yang dua tahun belakangan ini ia jalani. Sebenarnya suaminya sudah memintanya untuk tidak usah ambil pusing soal pekerjaan, toh tentu Adimas siap menanggung segala kebutuhan hidup keluarganya termasuk Pramudina sebagai istrinya. Namun, tekad kuat Pramudina masih tetap di jalannya, apalagi pekerjaannya ini tidak menuntutnya harus setiap hari on-site sebab ia juga bisa work from home.

Pramudina paham betul jika suaminya ingin membuat bebannya berkurang, meski sejauh ini dia tidak terlalu merasa terbebani. Dia menjalani kehidupannya dengan senang, apalagi soal tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Itu sudah hal yang mutlak dia jalani dengan senang tanpa beban.

Pernikahan yang memasuki usia dua tahun terbilang masih muda meski dibandingkan dengan usia pacaran Pramudina dan Adimas yang mencapai enam tahun lamanya. Tentu dia sudah mengenal jelas sosok Adimas seperti apa dan bagaimana cara lelaki itu menunjukkan rasa sayangnya.

Seperti sekarang ini, Adimas yang baru saja pulang dari kantor langsung menghampiri Pramudina yang sedang menghangatkan makanan untuknya. Perempuan itu terlihat lebih lelah dari biasanya, apalagi saat ditatapnya mata yang sudah mengantuk dan sesekali dia akan mengusapnya perlahan.

Adimas yang tak tega segera menghampiri Pramudina sembari merangkul leher wanita itu dari belakang. “Sayang, hei, udah aku bisa sendiri kok, kamu istirahat ya. Kamu capek banget gitu mukanya, ayo aku temenin dulu kita tidur ya?”

Pramudina hanya menoleh ke arah suaminya dengan senyuman lembut, ia mengusap lengan kekar yang melingkari lehernya itu. Wajah lelaki itu begitu teduh meski setengah basah, juga kaos oblong hitamnya yang tampak basah di bagian dada.

“Kamu kebiasaan kalau bersih-bersih basahnya kemana-mana deh,” cibir Pramudina.

“Suka banget ngalihin pembicaraan,” ucap lelaki itu gemas, dia meraih pinggang wanitanya agar lebih mendekat. “Nurut, istirahat ayo.”

“Aku temenin makan dulu kamunya,” ujar Pramudina.

Adimas menatap istrinya dengan wajah datar, dia jauh lebih serius sekarang. “Sayang, ayo, aku belum laper juga. Nanti kalau mau makan pasti aku makan sendiri. Ini udah malem kamu harus istirahat sekarang.”

Pramudina mencebikkan bibirnya dengan mata kucing yang ia tunjukkan saat mengusap wajah Adimas yang lembut itu. Terlihat kumis tipis tumbuh di atas bibirnya, itu malah membuat Adimas semakin tampan karena Pramudina menyukainya.

Tanpa berpikir lebih lama, Adimas langsung menggendong istrinya itu di depan seperti cara seekor koala menggendong anaknya. Pramudina mengeratkan rangkulannya pada leher suaminya sambil menelusup di sana dengan kaki yang melingkari punggung Adimas. Adimas terus mengendus wajah istrinya itu saat tengah menggendongnya seperti dia betul-betul mengagumi sosok Pramudina.

Adimas tidak menurunkan istrinya langsung di atas ranjang, melainkan di atas sofa single kamarnya. Kini Pramudina berakhir di pangkuan Adimas, membiarkan wajahnya serta rambut dan sekujur tubuhnya dibelai manja oleh suaminya. Jelas ia menyukai ini, dia menyukai segala ketenangan serta kenyamanan dalam keintiman ini.

Pramudina menghimpit tubuhnya dengan tubuh suaminya yang erat dalam pelukannya. Dia menggelinjang seketika saat merasakan belaian lembut Adimas berubah jadi cengkraman erat pada pahaya. Lelaki itu meneguk ludahnya susah payah saat menatap Pramudina yang tampak menggigit bibir merah dan tebalnya itu. Dia memejamkan matanya seraya menggeram merasakan gerakan istrinya di atasnya, dia benar-benar tak bisa berkutik.

Pramudina mendekat saat Adimas menariknya lebih dekat dengan tatapan yang tajam dan napas memburu. Adimas menelusup ke dalam dress tidur istrinya itu dan terus menyapa setiap inci kulit wanitanya. Pramudina bergumam pasrah menikmati sentuhan Adimas hingga lelaki itu menarik tengkuknya dan meraih ciumannya lebih dulu yang sedari tadi ia coba tahan. Adimas melayangkan ciuman lembut sebagai permulaan pagutan di antara keduanya, tangannya masih tak bisa berhenti bergerilya di sekujur tubuh istrinya. Dengan kedua mata yang terpejam demi merasakan cinta yang berusaha saling disalurkan satu sama lainnya disertai nafsu yang semakin membuncah di antara keduanya.

Adimas melumat rakus bibir istrinya sambil terus sesekali menggigit dan menyecapnya, begitupun dengan Pramudina yang mengulum bibir tebal suaminya itu. Saling membasahi bibir satu sama lain membuat keduanya tak mau kalah. Hingga akhirnya Pramudina dibuat tak berdaya dengan permainan lidah lelaki itu di dalam sana. Ia bermain liar dan semakin menggebu hingga perempuan itu akhirnya membalasnya. Permainan lidah semakin memanas, keduanya saling mengisap satu sama lain tanpa celah untuk bebas.

“Engh, Dim,” gumam Pramudina berusaha melepaskan pagutannya secara sepihak. Namun, Adimas tidak memberinya ampun, dia kembali meraup ciuman keduanya namun kali ini tangannya tergerak melepas kancing dress piyama istrinya itu.

Pramudina membuka matanya saat Adimas melepaskan ciumannya, dia berupaya fokus membuka kancing baju istrinya. Begitu lincah jemarinya beraksi sampai semuanya terbuka, tanpa membiarkan baju itu lepas dari tubuh Pramudina, Adimas melanjutkan aksinya.

“Nggak aku lepas ya, dingin.” Adimas berbisik seraya kemudian melumat leher jenjang istrinya. Lidahnya kini berpindah di sekitar sana dan menari-nari menggoda Pramudina. Wanita itu sempat menahan namun cengkraman Adimas begitu kuat pada pinggangnya.

Lelaki itu menjauhkan dirinya sejenak dari istrinya kemudian melepaskan atasannya dan menaruhnya sembarang membiarkan Pramudina semakin bebas menyentuh permukaan atas tubuhnya.

Ciuman lagi-lagi dilayangkan oleh Adimas meski kali ini lebih nakal karena bersarang pada leher dan bahu wanitanya. Tentu desahan istrinya membuat Adimas semakin bergairah. Dia mencengkram leher wanita itu kuat saat ciumannya turun ke bagian dada atas istrinya.

“Sayang,” panggil Pramudina membuat Adimas menatapnya. “Aku takut Kenanga bangun.”

Adimas menggeleng. “Udah, sstt, nikmatin aja ya.”

Pramudina hanya mengangguk dan Adimas lanjut memberikan beberapa kecupan yang membuat roba kemerahan di tubuh istrinya. Pramudina bahkan sudah bisa merasakan sesuatu yang menggelitik di bawah sana saling bersentuhan.

“Aku ada pengaman kok,” kata Adimas.

“Ya udah.”

“Mau lanjut hm?” goda lelaki itu dengan senyuman menyeringai. “Jawab sayang.”

“Dimas, please…”

Adimas menatap iba pada wanita yang memandangnya dengan mata sayu khasnya, ia menggertakkan rahangnya saat Pramudina menyentuh dengan sengaja bagian sensitifnya. Adimas membelai wajah istrinya yang cantik itu dengan lembut sambil perlahan membantu Pramudina turun menghadapnya hingga ia tertunduk pada suaminya di atas sana.

Tangan Adimas dengan gesit melepaskan gesper celana jeans yang masih dikenakannya. Dia menarik tangan Pramudina agar membantunya melepaskan pakaian bawahnya membuat perempuan cantik itu mendongak dengan mata kucingnya. Lelaki itu membelai wajah istrinya lembut dan berhenti memainkan jarinya pada bibir lembab Pramudina yang sejenak membuat wanitanya memejamkan mata.

“Buka mulutnya sayang.”

Wanita yang ada di bawah sana hanya menurut dan membuka mulutnya lebar-lebar hingga suaminya mendorong kepalanya lebih mendekat dan perlahan memejamkan matanya.

“Mami! Papi!”

Adimas menggeram kesal sembari mengerutkan hidungnya dengan mata yang masih terpejam dan dia tampak mengusap wajahnya kasar setelah itu. Sementara Pramudina tampak terkejut mendengar suara ketukan pintu disertai suara menggemaskan yang ada di balik sana hingga dengan segera ia mengancingkan keseluruhan pakaiannya. Dia menatap Adimas sejenak dengan wajah cemberut sambil membelai serta mengecup singkat wajah suaminya.

“Sayang, maaf…”

Adimas menarik napasnya panjang, dia tersenyum tipis dan mengecup bibir Pramudina sambil kembali merapikan pakaian yang dikenakannya. Dia jelas tidak mungkin bisa marah kalau yang mengganggu aktivitas mereka ialah putri tercintanya sendiri, tetapi kalau ditanya kesal atau tidak, ya sudah pasti jawabannya memang ada rasa kesal sedikit-sedikitnya itu.

“Nggak apa-apa, belum rezeki aku, lagi…” Adimas mengembuskan napas kasar.

Belum sempat Pramudina benar-benar berlalu darinya, Adimas menariknya mendekat. “Kalau nggak ada Kenanga, kamu udah habis sama aku, Din.”

Istrinya itu menatapnya sinis dengan bibir yang mengerucut. Adimas tersenyum menyeringai. “Aku tunggu, Sayang.”

“Mami!! Papi! Buka pintunya!”

Adimas kembali menghela napasnya seraya menahan senyuman yang tak bisa hilang melihat betapa polosnya sang anak yang tiada tahu menahu telah menggagalkan rencana indah yang telah disusun sang Ayah malam ini. Meski begitu Adimas tetap gemas dan menghampiri Kenanga yang tampak manja, dia mengangkut tubuh mungil itu dalam pelukannya hingga anaknya begitu nyaman digendong oleh ayahnya.

Pramudina hanya tertawa cekikikan melihat bagaimana kesalnya Adimas sebetulnya, tetapi saat tatapan tajam suaminya itu menjurus ke arahnya, ia langsung bungkam seribu bahasa. “Awas kamu ya, Sayang.”


“You can just tell us about that guy now!”

It's been two days Gadis and her besties spending their times together and she really misses this so much. Actually, this could be their first time spending times together in Indonesia where basically is they nation. But, between three of them, only Jasmine who stay in other city besides Gadis and Anindita stay in Jakarta, she's in Bali.

Anindita Nathania and Jasmine Audinne, two of her friends when she were pursued study major degree in Singapore several years ago. Singapore is still in the same regional with Indonesia so she would tought that she will met many students from her country. And yet, she met Anin and Mine there.

“You can just tell us about that guy now!”

It's been two days Gadis and her besties spending their times together and she really misses this so much. Actually, this could be their first time spending times together in Indonesia where basically is their homeland. But, between three of them, only Jasmine who stay in other city besides Gadis and Anindita stay in Jakarta, she's in Bali.

Anindita Nathania and Jasmine Audinne, two of her friends when she were pursued study major degree in Singapore several years ago. Singapore is still in the same regional with Indonesia so she would tought that she will met many students from her country. And yet, she met Anin and Mine there.

“You can just tell us about that guy now!”

It's been two days Gadis and her besties spending their times together and she really misses this so much. Actually, this could be their first time spending times together in Indonesia where basically is their homeland. But, between three of them, only Jasmine who stay in other city besides Gadis and Anindita stay in Jakarta, she's in Bali.

Anindita Nathania and Jasmine Audinne, two of her friends when she were pursued study master's degree in Singapore several years ago. Singapore is still in the same regional with Indonesia so she would tought that she will met many students from her country. And yet, she met Anin and Mine there. She never been expected that she could being closed with them because she thought that she's bad to keep communication with someone if they hasnt had any importance.

It's been two days since the day Gadis and Anindita pick Jasmine up in the airport. Mereka sangat menikmati dua hari kebersamaan mereka yang sudah lama tidak dirasakan semenjak ketiganya lulus dari studi magister di Singapore dua tahun lalu. Altough they were live separated, Anindita kembali ke Jakarta sementara Jasmine tinggal di Bali dan Gadis masih di Singapore saat itu, mereka tetap meluangkan waktu untuk sesekali bertemu.

Gadis sebenarnya sudah membayangkan saat dia hendak menempuh studi S2 di Singapore pasti akan banyak orang yang berasal dari Indonesia. Hal itu mengingat bahwa Singapore masih berada dalam satu regional dengan Indonesia. As she has expected, she met Jasmine and Anindita.

Meski Gadis nggak pernah menyangka bisa berteman dekat dengan mereka berdua hingga sekarang karena menurutnya dia sangat buruk dalam menjaga komunikasi dengan seseorang. Tapi ternyata itu tidak cukup benar, terbukti dari pertemanannya yang langgeng dengan Jasmine dan Anindita.

Sebenarnya hal yang Gadis sukai berteman dengan mereka karena ketiganya menggeluti bidang yang sama. Sehingga mereka bisa nyambung satu sama lainnya untuk berbincang tentang profesi dan passion mereka yang sama. Apalagi mereka itu sama-sama orang yang sibuk, namun saling pengertian satu sama lain. Mereka akan paham dan memaklumi jika sesekali komunikasi mereka kurang lancar karena kesibukan masing-masing dan biasanya akan kembali datang lagi setelah dirasa luang.

Jasmine Audinne, penampilannya biasanya disesuaikan dengan mood-nya, hampir mirip dengan Anindita sebenarnya hanya Anin tampak lebih bergaya feminin. Sementara Jasmine terkadang dia bisa kelihatan seperti e-girl, tomboy, feminin, dan kasual. Tergantung apa yang sedang ia ingin sesuaikan dengan perasaannya setiap hari. Katanya kalau dua hari belakangan ini, dia ingin terlihat kasual karena dia menikmati hari-hari santai bersama dua temannya. Apalagi gaya wolf cut pada rambut pendeknya sangat mendukung dan sesuai dengan penampilannya.

Oh ya, Mine tinggal di Bali bersama kedua orang tuanya. Dia memang kelihatan orang yang berada apalagi katanya orang tuanya memiliki bisnis perhotelan, coutage dan caffe yang berkembang di sana. Dan untuk hotel katanya bahkan sudah ada cabangnya di Jakarta yang baru dibuka dua tahun lalu. Ya tidak salah jika orang tuanya tidak banyak menuntut Jasmine soal pekerjaan tetapi hebatnya dia sukses menjadi seorang

It's been two days since the day Gadis and Anindita pick Jasmine up in the airport. Mereka sangat menikmati dua hari kebersamaan mereka yang sudah lama tidak dirasakan semenjak ketiganya lulus dari studi magister di Singapore dua tahun lalu. Altough they were live separated, Anindita kembali ke Jakarta sementara Jasmine tinggal di Bali dan Gadis masih di Singapore saat itu, mereka tetap meluangkan waktu untuk sesekali bertemu.

Gadis sebenarnya sudah membayangkan saat dia hendak menempuh studi S2 di Singapore pasti akan banyak orang yang berasal dari Indonesia. Hal itu mengingat bahwa Singapore masih berada dalam satu regional dengan Indonesia. As she has expected, she met Jasmine and Anindita.

Meski Gadis nggak pernah menyangka bisa berteman dekat dengan mereka berdua hingga sekarang karena menurutnya dia sangat buruk dalam menjaga komunikasi dengan seseorang. Tapi ternyata itu tidak cukup benar, terbukti dari pertemanannya yang langgeng dengan Jasmine dan Anindita.

Sebenarnya hal yang Gadis sukai berteman dengan mereka karena ketiganya menggeluti bidang yang sama. Sehingga mereka bisa nyambung satu sama lainnya untuk berbincang tentang profesi dan passion mereka yang sama. Apalagi mereka itu sama-sama orang yang sibuk, namun saling pengertian satu sama lain. Mereka akan paham dan memaklumi jika sesekali komunikasi mereka kurang lancar karena kesibukan masing-masing dan biasanya akan kembali datang lagi setelah dirasa luang.

Jasmine Audinne, penampilannya biasanya disesuaikan dengan mood-nya, hampir mirip dengan Anindita sebenarnya hanya Anin tampak lebih bergaya feminin. Sementara Jasmine terkadang dia bisa kelihatan seperti e-girl, tomboy, feminin, dan kasual. Tergantung apa yang sedang ia ingin sesuaikan dengan perasaannya setiap hari. Katanya kalau dua hari belakangan ini, dia ingin terlihat kasual karena dia menikmati hari-hari santai bersama dua temannya. Apalagi gaya wolf cut pada rambut pendeknya sangat mendukung dan sesuai dengan penampilannya.

Oh ya, Mine tinggal di Bali bersama kedua orang tuanya. Dia memang kelihatan orang yang berada apalagi katanya orang tuanya memiliki bisnis perhotelan, coutage dan caffe yang berkembang di sana. Ya tidak salah jika orang tuanya tidak banyak menuntut Jasmine soal pekerjaan tetapi hebatnya dia sukses menjadi seorang jurnalis di majalah fashion ternama. Meski itu membuat ia harus

It's been two days since the day Gadis and Anindita pick Jasmine up in the airport. Mereka sangat menikmati dua hari kebersamaan mereka yang sudah lama tidak dirasakan semenjak ketiganya lulus dari studi magister di Singapore dua tahun lalu. Altough they were live separated, Anindita kembali ke Jakarta sementara Jasmine tinggal di Bali dan Gadis masih di Singapore saat itu, mereka tetap meluangkan waktu untuk sesekali bertemu.

Gadis sebenarnya sudah membayangkan saat dia hendak menempuh studi S2 di Singapore pasti akan banyak orang yang berasal dari Indonesia. Hal itu mengingat bahwa Singapore masih berada dalam satu regional dengan Indonesia. As she has expected, she met Jasmine and Anindita.

Meski Gadis nggak pernah menyangka bisa berteman dekat dengan mereka berdua hingga sekarang karena menurutnya dia sangat buruk dalam menjaga komunikasi dengan seseorang. Tapi ternyata itu tidak cukup benar, terbukti dari pertemanannya yang langgeng dengan Jasmine dan Anindita.

Sebenarnya hal yang Gadis sukai berteman dengan mereka karena ketiganya menggeluti bidang yang sama. Sehingga mereka bisa nyambung satu sama lainnya untuk berbincang tentang profesi dan passion mereka yang sama. Apalagi mereka itu sama-sama orang yang sibuk, namun saling pengertian satu sama lain. Mereka akan paham dan memaklumi jika sesekali komunikasi mereka kurang lancar karena kesibukan masing-masing dan biasanya akan kembali datang lagi setelah dirasa luang.

Jasmine Audinne, penampilannya biasanya disesuaikan dengan mood-nya, hampir mirip dengan Anindita sebenarnya hanya Anin tampak lebih bergaya feminin. Sementara Jasmine terkadang dia bisa kelihatan seperti e-girl, tomboy, feminin, dan kasual. Tergantung apa yang sedang ia ingin sesuaikan dengan perasaannya setiap hari. Katanya kalau dua hari belakangan ini, dia ingin terlihat kasual karena dia menikmati hari-hari santai bersama dua temannya. Apalagi gaya wolf cut pada rambut pendeknya sangat mendukung dan sesuai dengan penampilannya.

Oh ya, Mine tinggal di Bali bersama kedua orang tuanya. Dia memang kelihatan orang yang berada apalagi katanya orang tuanya memiliki bisnis perhotelan, coutage dan caffe yang berkembang di sana. Ya tidak salah jika orang tuanya tidak banyak menuntut Jasmine soal pekerjaan tetapi hebatnya dia sukses menjadi seorang jurnalis di majalah fashion di Bali.

Meski itu membuat ia harus banyak meliput ke beberapa negara tetangga bahkan di luar regional yang sama, tapi itu tidak masalah baginya karena ia senang menggeluti di dunia tersebut. Jasmine memang orang berada, tetapi caranya menghargai bagaimana kerja keras orang tuanya itu mengagumkan sehingga ia bekerja keras lagi untuk tetap berpenghasilan sendiri. Dia orang yang sangat mandiri.

Berbeda dengan Jasmine, Anindita memang sangat berjaya dan berdiri di kakinya sendiri. Dia bisa hidup dengan kemewahan karena usahanya sendiri, dia menggeluti bidang fashion designer dalam bisnis wedding gown

It's been two days since the day Gadis and Anindita pick Jasmine up in the airport. Mereka sangat menikmati dua hari kebersamaan mereka yang sudah lama tidak dirasakan semenjak ketiganya lulus dari studi magister di Singapore dua tahun lalu. Altough they were live separated, Anindita kembali ke Jakarta sementara Jasmine tinggal di Bali dan Gadis masih di Singapore saat itu, mereka tetap meluangkan waktu untuk sesekali bertemu.

Gadis sebenarnya sudah membayangkan saat dia hendak menempuh studi S2 di Singapore pasti akan banyak orang yang berasal dari Indonesia. Hal itu mengingat bahwa Singapore masih berada dalam satu regional dengan Indonesia. As she has expected, she met Jasmine and Anindita.

Meski Gadis nggak pernah menyangka bisa berteman dekat dengan mereka berdua hingga sekarang karena menurutnya dia sangat buruk dalam menjaga komunikasi dengan seseorang. Tapi ternyata itu tidak cukup benar, terbukti dari pertemanannya yang langgeng dengan Jasmine dan Anindita.

Sebenarnya hal yang Gadis sukai berteman dengan mereka karena ketiganya menggeluti bidang yang sama. Sehingga mereka bisa nyambung satu sama lainnya untuk berbincang tentang profesi dan passion mereka yang sama. Apalagi mereka itu sama-sama orang yang sibuk, namun saling pengertian satu sama lain. Mereka akan paham dan memaklumi jika sesekali komunikasi mereka kurang lancar karena kesibukan masing-masing dan biasanya akan kembali datang lagi setelah dirasa luang.

Jasmine Audinne, penampilannya biasanya disesuaikan dengan mood-nya, hampir mirip dengan Anindita sebenarnya hanya Anin tampak lebih bergaya feminin. Sementara Jasmine terkadang dia bisa kelihatan seperti e-girl, tomboy, feminin, dan kasual. Tergantung apa yang sedang ia ingin sesuaikan dengan perasaannya setiap hari. Katanya kalau dua hari belakangan ini, dia ingin terlihat kasual karena dia menikmati hari-hari santai bersama dua temannya. Apalagi gaya wolf cut pada rambut pendeknya sangat mendukung dan sesuai dengan penampilannya.

Oh ya, Mine tinggal di Bali bersama kedua orang tuanya. Dia memang kelihatan orang yang berada apalagi katanya orang tuanya memiliki bisnis perhotelan, coutage dan caffe yang berkembang di sana. Ya tidak salah jika orang tuanya tidak banyak menuntut Jasmine soal pekerjaan tetapi hebatnya dia sukses menjadi seorang jurnalis di majalah fashion di Bali.

Meski itu membuat ia harus banyak meliput ke beberapa negara tetangga bahkan di luar regional yang sama, tapi itu tidak masalah baginya karena ia senang menggeluti di dunia tersebut. Jasmine memang orang berada, tetapi caranya menghargai bagaimana kerja keras orang tuanya itu mengagumkan sehingga ia bekerja keras lagi untuk tetap berpenghasilan sendiri. Dia orang yang sangat mandiri.

Berbeda dengan Jasmine, Anindita memang sangat berjaya dan berdiri di kakinya sendiri. Dia bisa hidup dengan kemewahan karena usahanya sendiri, dia menggeluti bidang bisnis yang tentu mengandalkan kemampuan fashion design yang dimilikinya. Dia memiliki vendor dress pengantin yang banyak menyediakan kebutuhan sewa dan beli gaun serta baju pernikahan lainnya. Dia juga kerapkali membuat konten tentang bisnisnya itu sehingga semakin dikenal dan banyak pelanggan yang tertarik dengan hasil karyanya.

Anindita tinggal di Jakarta bersama ibunya, sang Ayah sudah lebih dulu meninggal dunia beberapa tahun silam sehingga dia menghidupi keluarga kecilnya itu sekarang. Dan ya, tentu dia sangat membuat bangga teman-temannya dan keluarganya dengan pencapaiannya sekarang ini. Maka dari itu, Gadis sering bertemu dengan Anin untuk meminta saran terlebih mengenai bidang yang sama-sama digeluti oleh mereka. Tentu dengan senang hati Anindita membantu kebutuhan Gadis sebisanya.

“Jadi lo datang ke sini nggak pure gara-gara kangen kita? Besok lo malah mau liputan? Oh gitu yaa!” Sindir Anindita yang langsung melempar bantal ke arah Jasmine. “Nyebelin banget!”

“Ya gimana lagi, yang penting gue ada alasan juga mau ketemu kalian 'kaan?” Jasmine menyengir dengan tawa kecil. “Ya elah nanti juga bisa ketemu lagi kok, gua satu minggu di sini.”

“Eh, gue bakal ikut lo ke Bali ya ya ya?” Gadis menyengir polos.

Anindita sontak menoleh ke arah temannya itu. “Gila lo ngapain?!”

“Duh gue pengen liburan dulu dan kalau boleh gue bakal stay di Bali tiga hari atau ya paling lama seminggu. Please kasih gue diskon hotel or whatever to stay there...

Jasmine melotot kegirangan. “Lo serius?!”

Gadis mengangguk-ngangguk. “Serius!”

“Nginep di rumah gue dulu aja, nanti kalo lo udah bosen baru ke hotel. Gimanaa?” Tawar Jasmine.

“Gue gak enak...” Gadis menggigit bibirnya sambil berpikir gimik.

“Ah elah sebel banget gue liat lo gimik gitu, ayo lah kapan lagi!” Jasmine menoleh ke arah Anindita. “Lo juga ikut 'kan?”

Anindita melotot dengan tatapan tajam seraya menggeleng. “Gila lo ya, mana mungkin gue ikut, duuh. Nggak ya gak bisa lo mau bikin gue stres ya!”

Anindita melirik ke arah Gadis. “Lo mendadak banget lagian!” Dengusnya. “Tumbeeen!”

She Tells Something to Her Besties


It's been two days since the day Gadis and Anindita pick Jasmine up in the airport. Mereka sangat menikmati dua hari kebersamaan mereka yang sudah lama tidak dirasakan semenjak ketiganya lulus dari studi magister di Singapore dua tahun lalu. Altough they were live separated, Anindita kembali ke Jakarta sementara Jasmine tinggal di Bali dan Gadis masih di Singapore saat itu, mereka tetap meluangkan waktu untuk sesekali bertemu.

Gadis sebenarnya sudah membayangkan saat dia hendak menempuh studi S2 di Singapore pasti akan banyak orang yang berasal dari Indonesia. Hal itu mengingat bahwa Singapore masih berada dalam satu regional dengan Indonesia. As she has expected, she met Jasmine and Anindita.

Meski Gadis nggak pernah menyangka bisa berteman dekat dengan mereka berdua hingga sekarang karena menurutnya dia sangat buruk dalam menjaga komunikasi dengan seseorang. Tapi ternyata itu tidak cukup benar, terbukti dari pertemanannya yang langgeng dengan Jasmine dan Anindita.

Sebenarnya hal yang Gadis sukai berteman dengan mereka karena ketiganya menggeluti bidang yang sama. Sehingga mereka bisa nyambung satu sama lainnya untuk berbincang tentang profesi dan passion mereka yang sama. Apalagi mereka itu sama-sama orang yang sibuk, namun saling pengertian satu sama lain. Mereka akan paham dan memaklumi jika sesekali komunikasi mereka kurang lancar karena kesibukan masing-masing dan biasanya akan kembali datang lagi setelah dirasa luang.

Jasmine Audinne, penampilannya biasanya disesuaikan dengan mood-nya, hampir mirip dengan Anindita sebenarnya hanya Anin tampak lebih bergaya feminin. Sementara Jasmine terkadang dia bisa kelihatan seperti e-girl, tomboy, feminin, dan kasual. Tergantung apa yang sedang ia ingin sesuaikan dengan perasaannya setiap hari. Katanya kalau dua hari belakangan ini, dia ingin terlihat kasual karena dia menikmati hari-hari santai bersama dua temannya. Apalagi gaya wolf cut pada rambut pendeknya sangat mendukung dan sesuai dengan penampilannya.

Oh ya, Mine tinggal di Bali bersama kedua orang tuanya. Dia memang kelihatan orang yang berada apalagi katanya orang tuanya memiliki bisnis perhotelan, coutage dan caffe yang berkembang di sana. Ya tidak salah jika orang tuanya tidak banyak menuntut Jasmine soal pekerjaan tetapi hebatnya dia sukses menjadi seorang jurnalis di majalah fashion di Bali.

Meski itu membuat ia harus banyak meliput ke beberapa negara tetangga bahkan di luar regional yang sama, tapi itu tidak masalah baginya karena ia senang menggeluti di dunia tersebut. Jasmine memang orang berada, tetapi caranya menghargai bagaimana kerja keras orang tuanya itu mengagumkan sehingga ia bekerja keras lagi untuk tetap berpenghasilan sendiri. Dia orang yang sangat mandiri.

Berbeda dengan Jasmine, Anindita memang sangat berjaya dan berdiri di kakinya sendiri. Dia bisa hidup dengan kemewahan karena usahanya sendiri, dia menggeluti bidang bisnis yang tentu mengandalkan kemampuan fashion design yang dimilikinya. Dia memiliki vendor dress pengantin yang banyak menyediakan kebutuhan sewa dan beli gaun serta baju pernikahan lainnya. Dia juga kerapkali membuat konten tentang bisnisnya itu sehingga semakin dikenal dan banyak pelanggan yang tertarik dengan hasil karyanya.

Anindita tinggal di Jakarta bersama ibunya, sang Ayah sudah lebih dulu meninggal dunia beberapa tahun silam sehingga dia menghidupi keluarga kecilnya itu sekarang. Dan ya, tentu dia sangat membuat bangga teman-temannya dan keluarganya dengan pencapaiannya sekarang ini. Maka dari itu, Gadis sering bertemu dengan Anin untuk meminta saran terlebih mengenai bidang yang sama-sama digeluti oleh mereka. Tentu dengan senang hati Anindita membantu kebutuhan Gadis sebisanya.

“Jadi lo datang ke sini nggak pure gara-gara kangen kita? Besok lo malah mau liputan? Oh gitu yaa!” Sindir Anindita yang langsung melempar bantal ke arah Jasmine. “Nyebelin banget!”

“Ya gimana lagi, yang penting gue ada alasan juga mau ketemu kalian 'kaan?” Jasmine menyengir dengan tawa kecil. “Ya elah nanti juga bisa ketemu lagi kok, gua satu minggu di sini.”

“Eh, gue bakal ikut lo ke Bali ya ya ya?” Gadis menyengir polos.

Anindita sontak menoleh ke arah temannya itu. “Gila lo ngapain?!”

“Duh gue pengen liburan dulu dan kalau boleh gue bakal stay di Bali tiga hari atau ya paling lama seminggu. Please kasih gue diskon hotel or whatever to stay there...

Jasmine melotot kegirangan. “Lo serius?!”

Gadis mengangguk-ngangguk. “Serius!”

“Nginep di rumah gue dulu aja, nanti kalo lo udah bosen baru ke hotel. Gimanaa?” Tawar Jasmine.

“Gue gak enak...” Gadis menggigit bibirnya sambil berpikir gimik.

“Ah elah sebel banget gue liat lo gimik gitu, ayo lah kapan lagi!” Jasmine menoleh ke arah Anindita. “Lo juga ikut 'kan?”

Anindita melotot dengan tatapan tajam seraya menggeleng. “Gila lo ya, mana mungkin gue ikut, duuh. Nggak ya gak bisa lo mau bikin gue stres ya!”

Anindita melirik ke arah Gadis. “Lo mendadak banget lagian!” Dengusnya.

“Soalnya... gue bakal nunggu Daniel di sana.” Keduanya sontak memandang Gadis dengan mata membulat. Gadis menyengir polos. “Gue bakal liburan banget Daniel...”

“WHAT?!” Anindita berseru dan langsung mendekati Gadis.

Jasmine menepuk bahu Gadis. “Gila lo berdua udah pacaran ya?!”

Haven't yet... but gue menikmati kedekatan gue yang seperti ini sama dia and please jangan marahin gue. Gue janji bakal jaga diri gue tapi gue...”

Jasmine tersenyum menyeringai. “Go on, do what will make you happy but dont forget what I've said.” kata Jasmine. “Lo boleh nikmatin apa yang lo ingin lakuin asal lo bisa menerima konskuensinya apapun itu. Oke?”

Always share live location to us when you're staying outside with strangers and please put a space between you and him, dont let him do anything without your permission. Okay?” ujar Anindita.

Had you told Kania? Gue gak yakin bestie lo yang satu itu gak akan heboh atau ngomel-ngomel,” ucap Jasmine.

Gadis menggeleng. “Please, don't let she knows, gue rencananya bakal cerita ke dia setelah gue pulang liburan.”

Anindita melotot. “Eh gila lo! Dia kan sahabat lo, ngapain rahasiaan sih?”

“Duh gue takut dia ngambek sama gue...”

“Kalau lo gak kasih tau justru dia lebih marah sama lo!” celetuk Jasmine.

“Yea but at least, marahnya pas gue udah pulang, jadi bisa langsung gue bujuk kan?” Gadis menyengir.

Baik Jasmine maupun Anindita tidak menanggapi lagi, mereka hanya menggelengkan kepalanya samar meski dalam hatinya ada perasaan khawatir pada Gadis yang akan pergi bersama orang asing yang tak mereka kenal. Tapi apadaya jika itu membuat Gadis senang, mereka tidak ingin merusak kesenangan sahabatnya yang satu itu.


Kalau saja Adimas tidak menitipkan Kenanga pada kakaknya—Sonia, dia pasti tidak akan lagi mendapat kesempatan bisa berduaan dengan Pramudina. Selepas acara resepsi pernikahan sepupu Adimas sore tadi, Kenanga yang asyik bermain dengan Lily—sepupunya, Adimas menyarankan gadis kecilnya itu untuk menginap di rumah Lily.

Tidak disangka anaknya itu sangat antusias menyambut hari esok yang masih libur sekolah agar bisa bermain dengan saudaranya. Tentu Adimas dengan senang hati mengizinkan anaknya menginap dengan iming-iming hari Minggu nanti ia akan dijemput sekaligus diajak jalan-jalan oleh orang tuanya.

Setelah Kenanga setuju, Adimas segera menitipkan anaknya pada sang Kakak Perempuannya, Sonia. Tentu Sonia dengan senang hati juga menerima Kenanga di rumahnya, apalagi dia juga kerapkali menitipkan Lily pada Adimas dan Pramudina. Meski dia sudah tau adiknya itu ingin bisa leluasa bersama sang istri di malam minggu ini.

Jadilah, Adimas berakhir berduaan bersama Pramudina. Mereka berdua baru saja sampai di rumahnya beberapa menit yang lalu.